JANGAN SEKALI KALI MEMBENTURKAN ANTARA AGAMA DENGAN BUDAYA



JANGAN SEKALI KALI MEMBENTURKAN ANTARA AGAMA DENGAN BUDAYA

Kanjeng Senopati

KITA harus paham dan mewaspadai bahwa adanya benturan relasi masyarakat antara Budaya dan Agama itu adalah "by design". Yang diciptakan oleh para elite Proletar kiri (yang notabene liberalis, kapitalis dan komunis alias kaum atheis).


Karena pada faktanya ada kelompok "budaya ekstrim" disebut ekstrim karena mudah disulut dan terhasut oleh kelompok Proletar Kiri. Kelompok ini berhasil masuk menyusup kedalam barisan Komunitas Budaya. Diarahkan agar menjadi orang Budaya yang kolot dan orthodox.


Kelompok Budaya ini masih mengaku kalau dirinya masih "bertuhan' tapi menafikan dan membenci ajaran-ajaran luhur Tuhan sendiri, atau membenci syariat Agama akhirnya endingnya ANTI AGAMA. Inilah tujuan besar dari program dan misi kaum proletar kiri.


Mereka hasut dan giring pemikiran sebagian "Kelompok Budaya" dengan sebuah "doktrin" bahwa agar melihat Agama adalah sebagai Dogma dan Doktrin yang menyesatkan yang harus disingkirkan. Padahal mereka sendirinya yang telah menciptakan "doktrin"yang menyesatkan itu.


Hasilnya sebagian _"kelompok budaya orthodox"_ yang ekstrim ini terhasut dan selalu membuat gerakan kebencian dan fitnah "anti agama" atau kebencian terhadap simbol-simbol agama terutama Islam yang diserang dan dicerca. Ini semua disuport dan difasilitasi oleh _kaum elite Proletar kiri_. 


Gerakan ini mirip gerakan radikal Sekuler yang diciptakan dan digerakkan oleh tokoh atheis sekuler Turki _Kemal Ataturk_ dengan gunakan mengatas namakan "Budaya" sebagai senjata dan framingnya. Indonesia mau diarahkan kerarah sana.


Kaum elite proletar kiri berhasil menciptakan berbagai propaganda. Diantaranya propaganda adalah :


_Pertama_ propaganda ekstrim, dengan memberi pandangan bahwa Islam adalah budaya asing dan agama penjajah. Dan Agama itu menyesatkan, karena manusia ditakut-takuti dengan _dogm surga_ dan  _dogma neraka_ dengan _dogma_ pahala dan dosa.


_Kedua,_ propaganda halus, dengan memberi pandangan bahwa Agama itu merusak nilai-nilai budaya dan memecah belah persatuan antara manusia.


Biasanya kelompok ini akan mudah dirangkul dan dipelihara oleh kaum _Proletar kiri_ alias kelompok _Komunis_ dengan menyusup kedalam barisan komunitas para pecinta budaya. 


Kelompok Elite Proletar Kiri ini sepertinya berhasil telah membuat berbagai propaganda dengan selalu _memblow up_ dan merawat konflik antara _Agama_ dan _Budaya_ ini agar tetap selalu ada ! 


Mereka gunakan elemen Budaya dan elemen Agama agar selalu berbenturan karena memang dbenturkan !


Adalah _propaganda dan konspirasi_ dari kelompok _komunis_ atau _kaum atheis_ sebagai _"dagangan politik"_ murahan. Yang memang tujuannya untuk kepentingan politik menguntungkan bagi para elite-elite politik _Proletar Kiri_ yang sedang duduk diatas didalam gerbong _Koalisi Merah_ agar berkuasa.


Konflik ini sudah mereka pelihara sejak era 1948 sd 1965 yaitu di era Bung Karno, maka endingnya adalah munculnya paham Komunisme dan pemberontakan PKI tahun 1965.


Jangan dikira para anggota PKI itu orang-orang atheis atau tidak percaya Tuhan. Mereka  rata-rata adalah kaum yang masih mempercayai Tuhan, tapi masalahnya terkena hasutan dan sebagian tidak mau menjalankan syariat agama. Bagi mereka lebih utama Budaya daripada Agama. 


Masalahnya dan kesalahan besar mereka adalah mereka ngaku-ngaku pecinta budaya tapi endingnya membenci Agama.


Inilah yang kemudian kaum ini (sebagian kaum pecinta budaya) ditunggangi dan dimanfaatkan oleh para elite Proletar kiri yang atheis (yang notabene komunis) untuk digiring agar mereka membenci orang-orang Islam atau orang yang beragama dikatakan bahwa Agama itu adalah _Dogma_ dan dikatakan Agama itu adalah _Candu_ masyarakat.


Inilah awal dari konflik antara elemen Agama dan elemen Budaya diciptakan oleh kaum Proletar Kiri dengan difitnah, dihasut lalu dibenturkan.


Kelompok _elite Proletar Kiri_ ini memang sengaja menciptakan propaganda ganda dengan mereka obral ke publik gunakan issue _rasis, intoleran dan radikalisme_ kepada kelompok Agama.

Dan gunakan issue _syirik, musrik dan perdukunan_ kepada Komponen Budaya.


Tujuan menciptakan kondisi agar rakyat terpecah belah, saling menyerang dan memutilasi ruh PERSATUAN insani dan menafikan hakikat Agama dan Budaya.


Ingat, Agama bukan Budaya dan Budaya bukan Agama.

Agama adalah _ageman_ Keyakinan atau _tharekoh_ atau cara jalan Spiritual menuju Tuhannya. Dan Budaya adalah tradisi atau jalan prilaku dan kebiasaan luhur turun temurun dari para leluhurnya pada masyarakat setempat.


Jangan memisahkan antara Agama dan Budaya apalagi membentur - benturkannya. Karena Agama dan Budaya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.


Agama adalah _Dzat nya_ dan Budaya adalah Sifat nya. Agama adalah _"unsur Ketuhanannya"_ dan Budaya _"unsur Kemanusiaannya"_ maka saling melengkapi.yang tidak bisa dipisahkan.


Jika AGAMA dan BUDAYA telah BERSATU dan menyatu maka itulah adalah sumber dan modal KEKUATAN besar bangsa ini Dua unsur ini sebagai _Identitas_ dan _Jatidiri bangsa_ NUSWANTORO ini. 


Karena..


BUDAYA Lahir dari nilai-nilai kearifan, keluhuran, cipta, kersa, akal budi, pola tingkah laku yang luhur yang bersumber dari para leluhur sebagai kearifan lokal masyarakat setempat.


AGAMA Lahir sebagai sumber dari segala kristalisasi nilai-nilai itu sendiri dari segala kebaikan, kearifan, keluhuran, cipta, kersa, akal budi, adab akhlak dan pola tingkah laku manusia yang bersumber dari Kearifan Tuhan (dari Wahyu / ajaran langit).


Bhumi Pandanaran, Juni 2024


Kanjeng Senopati

Putra Wangsa Mataram Padjajaran

Komentar

Postingan Populer